Jurnal Publikasi
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, IKLIM ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(Studi Kasus di Kantor Pusat Badan SAR Nasional Jakarta)
Irwan Zalukhu, SPd., MM dan Prof. Dr. Ir. Ngadino Surip, MS
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Mercu Buana
E-mail : irwanzalukhu@gmail.com
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of emotional intelligence, organizational climate and job stress on employee performance. The population in this study were employees at the Head Office of National SAR Agency (BASARNAS) Jakarta. Sampling was done by metore accidental sampling. The method used in this study is a descriptive analysis of the data collection through literature review, observation, interview. Analysis was conducted on the validity, reliability test, the classic assumption test, correlation and regression testing.
Results of the analysis showed that emotional intelligence is partially significant effect on employee performance is strongly correlated with empathy Dimension initiative. Partial results of the analysis of organizational climate have a significant effect on employee performance. Dimensional support strongly associated with cooperation. Partial results of the analysis of job stress had no effect on employee performance. Results of simultaneous analysis of emotional intelligence and organizational climate have a significant effect on employee performance.
Keywords: Emotional Intelligence, Organizational Climate, Job Stress and Employee Performance
Jurnal diterima redaksi : | Disetujui untuk publikasi : |
April 2013 | April 2013 |
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Pusat Data Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas perairan 2/3 luas daratan yaitu sekitar 1,273,954.32 km2 (statistik.kkp.go.id). Perairan Indonesia merupakan salah satu wilayah yang unik dengan berbagai tipe dan keistimewaaan di tiap daerahnya. Tak jarang perairan yang kaya sumber daya alam ini berubah menjadi sangat ganas dan menelan banyak korban jiwa.
Tersebarnya pulau – pulau di Indonesia menyebabkan tingginya tuntutan
pengembangan dan perluasan jasa transportasi pelayaran dan penerbangan sebagai penghubung aktifitas sosial-ekonomi-politik antarwilayah, antarpulau, maupun antar-negara, selain itu juga untuk kebutuhan angkutan penumpang dalam kaitannya dengan pembangunan kepariwisataan.
Transportasi merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dan bangsa
Indonesia. Aktivitas perkembangan transportasi di Indonesia yang terdiri dari berbagai matra (transportasi laut dan transportasi lainnya) semakin meningkat. Hal ini merupakan dampak dari aktivitas perekonomian dan aktifitas sosial budaya dan masyarakat. Disamping itu, proses deregulasi proses pembaruan regulasi di bidang transportasi secara nasional juga telah memicu peningkatan aktifitas transportasi. Peningkatan aktifitas transportasi secara nasional baik dalam matra transportasi darat, laut, udara, perkeretaapian tersebut di sisi lain juga berdampak semakin meningkatnya insiden dan kecelakaan transportasi.
Musibah kecelakaan transportasi darat juga sering terjadi, misalnya peristiwa anjloknya gerbong kereta api dan kecelakaan lalu lintas di jalan. Musibah yang lain berupa bencana yang terjadi di berbagai belahan wilayah tanah air seperti gempa tektonik, tsunami dan meletusnya gunung berapi. Di bawah ini disajikan peta potensi bencana di wilayah Indonesia menurut Himpunan Pemerhati Lingkungan Indonesia (http://www.hpli.org/bencana.php)
Gambar 1.1. Peta potensi Bencana di Indonesia
Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas pergerakan lempeng tektonik aktif di sekitar perairan Indonesia diantaranya adalah lempeng Eurasia, Australia dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung api aktif serta patahan-patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor. Dari peta diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pada saat sebelum terjadinya bencana adalah pencegahan dan mitigasi, yang merupakan upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana.
Semua musibah yang terjadi merupakan kejadian yang serba tiba-tiba, serta tidak dapat diketahui kapan dan dimana akan terjadi. Pada umumnya berakibat fatal terhadap keselamatan jiwa dan kerugian harta benda. Tetapi, dampak tersebut dapat diantisipasi dan diminimalisir jika ditangani dengan cepat, tepat, dan seksama. Oleh karena itu, kehadiran tim pencari dan penyelamat sangat dibutuhkan jika terjadi suatu musibah. Yang sekarang ini dijalankan oleh sebuah organisasi bernama Basarnas.
Badan SAR Nasional (disingkat Basarnas) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR).
Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama Basarnas diawali dengan adanya penyebutan Black Area bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR juga sebagai konsekuensi Indonesia menjadi anggota IMO (International Maritime Organization) serta ICAO (International Civil Aviation Organization).
Dalam penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian dari sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR dapat dilakukan dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain:
- Organisasi (SAR Organization), merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab penanganan musibah.
- Komunikasi (Communication), sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi adanya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR.
- Fasilitas (SAR Facilities), adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR.
- Pertolongan Darurat (Emergency Cares), adalah penyediaan peralatan atau fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara ditempat kejadian, sampai ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang memadai.
- Dokumentasi (Documentation), berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan operasi SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.
Lingkup tugas pokok dan fungsi Basarnas sesuai dengan PP No. 36/2006- Basarnas bertanggungjawab untuk menangani musibah kecelakaan transportasi, bencana alam, dan musibah bencana lainnya, merupakan garda depan (front line) dalam proses pencarian, pertolonganm, dan evakuasi korban manusia dan harta benda dalam wilayah yurisdiksi NKRI hingga 200 mil laut ZEEI, di samping fungsinya sebagai koordinator seluruh potensi SAR.
Tugas Basarnas akan dapat terlaksana dengan baik jika didukung dengan ketersediaan dan kesiapan seluruh elemen utama Basarnas dan institusi pendukung lainnya secara terintegrasi baik pada tingkatan substrukturnya (institusi/kelembagaan, Sumber Daya Manusia, pembiayaan), pada tingkatan infrastrukturnya (prasarana dan sarananya), maupun pada tingkatan suprastrukturnya (regulasi, peraturan, perundangan, serta kewenangan lainnya) secara sistemik dan terintegrasi. Bangunan infrastruktur, meliputi kondisi prasarana dan sarana utama, prasana dan sarana pendukung, bangunan kantor SAR yang ada di 24 UPT (Unit Pelaksanaan Teknis), jauh dari memadai, bahkan untuk kebutuhan paling minimal sekalipun.
Kekurangan peralatan juga menjadi salah satu keluhan dari petugas Basarnas dalam rangka melaksanakan penangan kecelakaan di lapangan. Sebagai contoh pada saat melakukan evakuasi korban kecelakaan Pesawat Sukhoi Superjet 100 di tebing gunung salak Bogor pada bulan Mei lalu bahwa semua peralatan yang digunakan petugas Basarnas yang digunakan adalah alat-alat standar, dan ada sebagian alat-alat yang bagus tapi pinjaman (Akbar Zulfakar (Kapoksi) FPKS Komisi V DPR RI di Lanud Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (12/5/12) Liputan6.com, Jakarta). Hal ini akan mempengaruhi kecepatan dan ketepatan penanganan evakuasi korban bencana di lapangan.
Pegawai Basarnas dipimpin oleh seorang Kepala Badan SAR Nasional yang bertanggung jawab secara keseluruhan tentang operasi SAR di Indonesia. Beliau berasal dari kesatuan TNI AL RI dan tugaskan langsung oleh Presiden untuk menjadi Kepala Basarnas. Dalam struktur organisasi Basarnas, sebagian besar bidang-bidang operasi lapangan dipimpin oleh TNI. Namun, tidak jarang hal ini menjadi masalah dan menimbulkan hubungan pimpinan dengan bawahan menjadi tidak baik karena terasa sulit membangun komunikasi karena perbedaan kebiasaan dan latar belakang, sehingga berakibat pada pengaplikasian tugas di lapangan. Sebagai contoh pada pencarian lokasi kecelakaan pesawat sukhoi super jet 100 Mei lalu yang sangat terlambat, ini sebabkan koordinasi dan komunikasi tim SAR dengan komando atau atasan mereka tidak baik.
Bersadarkan hasil wawancara dengan beberapa pegawai di Basarnas bahwa mereka merasa ada jarak yang terlalu jauh dengan atasan mereka. Salah satu contohnya adalah ketika seorang Pimpinan Basarnas akan memasuki kantor atau pulang kantor maka sekitar beberapa menit semua security sudah berbaris dari pintu lobby utama sampai di depan lift khusus untuk pimpinan Basarnas. Semua pegawai yang ada disitu saat itu tidak boleh merjalan mendahului Pimpinan karena dianggap tidak menghormati atasan. Iklim organisasi ini yang dikeluhkan oleh kebanyakan pegawai Basarnas, hati mereka berontak ketika mereka mengingat kelelahan, kecapean, kesakitan, dalam menjalankan pekerjaan dan tidak pernah ada kata-kata simpatik, kata-kata penyemangat dari seorang Pimpinan tersebut.
Dalam pelaksanaan tugas evakuasi korban bencana, kecelakaan pelayaran dan penerbangan yang dilakukan oleh Basarnas di lapangan sering dibantu oleh tim SAR gabungan dari instansi lain. Sebagai contoh pada pelaksanaan evakuasi korban bencana Pesawat Sukhi Superjet 100 Mei lalu, petugas Basarnas dibantu oleh tim SAR gabungan TNI, POLRI, PMI, serta para relawan lainnya, sehingga pelaksanaan tugas evakuasi korban dilakukan dengan cepat. Namun, kendala yang sering dihadapi oleh petugas Basarnas sendiri adalah adanya perbedaan cara kerja dari masing-masing instansi tersebut sehingga petugas Basarnas kewalahan menyesuaikan diri dengan cara kerja mereka. Kendala seperti ini sering dialamai oleh petugas Basarnas yang bertugas di lapangan, namun dalam hal ini diperlukan kemampuan manajemen emosi diri petugas itu sendiri.
Sesuai dengan hasil wawancara dari beberapa pegawai di Basarnas bahwa kendala lain yang sering dialami oleh petugas Basarnas ketika melakukan evakuasi di lapangan adalah menghadapi keluarga korban bencana atau kecelakaan. Mungkin karena dalam keadaan berkabung akibat kecelakaan yang menimpa mereka sehingga kebanyakan keluarga korban menuntut lebih cepat dan menganggap tim Basarnas sengaja mengulur-ngulur waktu pencarian korban, kinerja tim Basarnas tidak ada, dan lain sebagainya, pada hal kenyataannya petugas Basarnas telah melakukan pekerjaan dengan tidak mengenal lelah, tidak mengenal siang atau malam, tidak mengenal sakit dan tidak mengenal cuaca serta lokasi kecelakaan dalam melakukan pencarian korban. Hal ini merupakan polemik yang dialami petugas Basarnas dilapangan, sehingga tidak jarang petugas Basarnas mengalami tekanan batin yang menimbulkan stres pada petugas itu sendiri.
Akibat dari keadaan seperti ini, kegiatan keseharian pegawai Basarnas di kantor sangat terganggu, ini dibuktikan dengan persentase rata-rata absensi pegawai Basarnas dari data Finger Print tiga bulan terakhir bahwa lebih dari 25% pegawai yang tidak masuk kantor dengan alasan sakit perut, sakit kepala, tekanan darah tinggi, dibuktikan dengan surat keterangan Dokter 15% dan tanpa alasan 10%. Bukan hanya itu, banyak terdapat pegawai yang menggunakan waktu kerja untuk main game di computer, ngumpul-ngumpul di smoking area, keseringan izin keluar kantor karena merasa bosan dikantor, juga terdapat pegawai yang masuk kantor tidak sesuai dengan jam masuk kantor yang ditentukan dan pulang kantor lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Hal ini perlu perhatian penuh, jika tidak maka, akan sangat mengganggu pelaksanaan tugas yang diemban Basarnas dalam melakukan penanganan bencana dan kecelakaan yang terjadi di wilayah Indonesia.
Dari beberapa fenomena yang diungkapkan di atas maka, sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi dituntut memiliki kemampuan mengelola emosi dalam berinteraksi dengan rekan kerja dan lingkungan sosial tempat kerja sehingga bisa mencapai hasil kerja yang baik. Peran serta organisasi juga sangat berpengaruh, contohnya dalam hal support ketersediaan sarana yang digunakan dalam melakukan pekerjaan serta sosialisasi prosedur-prosedur SAR yang harus dilakukan. Melakukan penataan dan pengembangan serta pemberdayaan sumber daya manusia supaya tidak menimbulkan rasa tertekan karena beban tugas, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak, sehingga diharapkan pegawai mampu bekerja dengan kinerja yang baik. Berdasarka uraian di atas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan SAR Nasional Jakarta. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1) Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas?
2) Apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas?
3) Apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas?
4) Apakah kecerdasan emosional, iklim organisasi dan stress kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas?
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan pengaruh kecerdasan emosional, iklim organisasi dan stres kerja terhadap kinerja pegawai dapat disajikan dalam gambar berikut :
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas;
H2 : Iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas;
H3 : Stres kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas;
H4 : Kecerdasan emosional, iklim organisasi dan stres kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai Basarnas.
III. HASIL DAN ANALISA DATA
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk membuktikan apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak melalui analisis regresi linear sederhana. Dalam analisis regresi linear sederhana ini yang ingin diketahui adalah koefisien determinasi dan koefisien regresinya serta hasil uji-F dan uji-t.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independent (predictor) terhadap perubahan variabel dependent. Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS diperoleh hasil perhitungan R Square berikut :
Tabel 1. Koefisien Determinasi
Variables Entered/Removedb |
|||
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 | Kecerdasan Emosional |
. |
Enter |
a. All requested variables entered. |
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Model Summary |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.733a |
.538 |
.534 |
1.902 |
Sumber data diolah ver. SPSS 19 |
Tabel di atas hasil korelasi r sebesar 0.813, hal ini memberi arti bahwa secara bersama-sama hubungan kecerdasan emosional, dan iklim organisasi dengan kinerja pegawai mempunyai hubungan yang positif, searah, dan sangat tinggi. Jika nilai kecerdasan emosional, dan iklim organisasi naik, maka nilai kinerja pegawai juga akan naik. Nilai koefisien determinasi R2 (Adjusted R Square) sebesar 0.655 atau 65.5%. Artinya kontribusi variabel–variabel bebas secara bersama–sama yaitu kecerdasan emosional, dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 65.5% sedangkan sisanya sebesar 34.5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Uji-F (ANOVA)
Uji – F pada dasarnya menunjukkan apakan semua variabel yang dirumuskan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat atau tidak. Urutan melukan uji-F adalah sebagai berkut :
- Merumuskan hipotesis nuul (H0) dan hipotesis alternative (H1), yaitu :
H0 : β2, β3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : β2, β3 < 0, artinya terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H1 : β2, β3 > 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
- Menghitung nilai Fhitung (taraf signifikansi 5%) dengan rumus sebagai berikut, (Sugiyono, 2009:257)
Keterangan :
R : Koefisien korelasi ganda
k : Jumlah variabel bebas
n : Jumlah anggota sampel
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima, jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
H1 ditolak, jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
Tabel 2.
Hasil Uji F
ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
697.499 |
2 |
348.749 |
130.312 |
.000a |
Residual |
358.618 |
134 |
2.676 |
|||
Total |
1056.117 |
136 |
||||
a. Predictors: (Constant), Ikim Organisasi, Kecerdasan Emosional |
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Sumber : Hasil pengolahan SPSS ver.19.00
Berdasarkan tabel 5.23 di atas hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS Ver. 19.00 dengan taraf signifikansi 5% maka diperoleh F hitung sebesar 130.312 dan signifikansi 0.000. Sementara F tabel dilihat pada taraf signifikansi 5% dengan df pembilang (k-2) dan df penyebut (n-k) maka diperoleh F yaitu F(2:134) = 3.276. Oleh karena F lebih besar dari F, yaitu 130.312 lebih besar dari 3.276 dan signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian maka hipotesis penelitian keempat (H4) dapat diterima atau terbukti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional, dan iklim organisasi secara bersama-sama (simultan) dianggap penting dan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kinerja pegawai.
Koefisien Regresi
Analisis koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel–variabel independen (kecerdasan emosional, dan iklim organisasi) secara bersama–sama dalam menjelaskan variabel dependen (kinerja pegawai). Dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS Ver. 19.00 dapat dilihat nilai R2 (Adjusted R Square) pada tabel 5.24 di bawah ini
Tabel 3.
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb | ||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate |
1 | .813a | .660 | .655 | 1.636 |
a. Predictors: (Constant), Ikim Organisasi, Kecerdasan Emosional |
b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Sumber : Hasil pengolahan SPSS ver.19.00
Dari tabel 5.24 di atas hasil korelasi r sebesar 0.813, hal ini memberi arti bahwa secara bersama-sama hubungan kecerdasan emosional, dan iklim organisasi dengan kinerja pegawai mempunyai hubungan yang positif, searah, dan sangat tinggi. Jika nilai kecerdasan emosional, dan iklim organisasi naik, maka nilai kinerja pegawai juga akan naik. Nilai koefisien determinasi R2 (Adjusted R Square) sebesar 0.655 atau 65.5%. Artinya kontribusi variabel–variabel bebas secara bersama–sama yaitu kecerdasan emosional, dan iklim organisasi terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 65.5% sedangkan sisanya sebesar 34.5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.IV.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap variabel kecerdasan emosional, variabel iklim organisasi, variabel stres kerja dan variabel kinerja pegawai, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, artinya jika kecerdasan emosional baik maka kinerja akan meningkat. Dimensi empati berhubungan kuat terhadap dimensi inisiatif.
- Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, artinya jika iklim organisasi kondusif maka kinerja akan meningkat. Dimensi dukungan berhubungan kuat terhadap dimensi kerjasama.
- Kecerdasan emosional, iklim organisasi dan stres kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja yaitu sebesar 65,5%, sedangkan sisanya sebesar 34,5% dijelaskan oleh variabel lain.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas serta hasil yang dicapai dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
- Untuk meningkatkan inisiatif pegawai maka Pimpinan organisasi harus meningkatkan daya empati. Disarankan Pimpinan organisasi harus melakukan komukasi terhadap bawahan secara intensif atau melakukan komunikasi dua arah.
- Untuk meningkatkan kerjasama pegawai maka, dukungan harus diberikan berupa fasilitas contohnya training, seminar, outbound, team building.
- Untuk penelitian selanjutnya, dari temuan bahwa kinerja karyawan masih ditentukan variabel lain yang tidak diteliti maka, disarankan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan variabel :
- Job Description
- Motivasi kerja
- Latar belakang pendidikan pegawai
- Budaya kepemimpinan
DAFTAR PUSTAKA
Adi, W.A. 2000. Analisis stres dan pengaruhnya terhadap kinerja pengusaha industri kecil (studi kasus pada sentra industri konveksi di kecamatan Wedi kabupaten Klaten) KOGNISI Majalah Ilmiah Psikologi Vol 4 10-19.
Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Kompetitif, Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi,
Amalia, Ulya. 2003. Komunikasi dan Resolusi Konflik. Jurnal : UGM
Andriani, 2009. Analisis Pengaruh Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di PT. Bank Mandiri (Persero) Cabang Malang, Tesis : USU
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Aron Manurung, Aurelya. 2011. “Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bibit Baru” Skripsi. Medan.
Budiman ,Jesayas, 2010. Analisis Pengaruh Konflik dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Sidikalang, Tesis : USU
Chin-Ju Tsai, Paul Edwards, and Suknaya Sengupta, Human Resource Management, Organizational Performance and Employee Attitudes and Behaviours: Exploring the Linkages, Journal. www.esrc.ac.uk Diunduh tanggal 21 November 2012
Davis K, Newstrom JW, 2001. Perilaku dalam Organisasi. Jilid 1, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Davidson, 2000. The importance of the avian immune system and its unique features. Avian Immunology. San Diego: Elsevier.
Putri, Dita Astari, 2012. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja pegawai PT. Bank Syariah mandiri cabang gajah mada medan, Jurnal : USU
Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Penerbit USU Press, Medan.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosi : Mengapa Inteligensi Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih Bahasa T. Hermay, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. 2001. Emotional Intelligense Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih bahasa : Alex Tri K.W, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. 2007. Kecerdasan Emosi (Emotional Intellegence). Jakarta: ramedia.Pustaka Utama
Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Lubis , Yulita Dewi S, 2011. Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan Kinerja yang dilakukan di PT. Infomedia Call Center Telkomsel Medan. Jurnal : USU
Mangkunegara. A.A. Anwar Prabu 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.
Mathis, Robert. L & Jackson John. H, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, Jakarta : Salemba Empat.
Mathis, Robert. L & Jackson John. H, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1, Jakarta : Salemba Empat.
Munandar. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Ngadino Surip. 2012. Metode Penelitian Teori dan Terapan. Jakarta : Penerbit Mictra Wanaca Media
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright. 2010, Human Resource Management Gaining a Competitive Advantage. Third Edition. McGraw-Hill Companies. Inc, Boston.
Novitasari. 2005. Pengaruh stres kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan PT. H.M. Sampoerna Tbk. http://www.damandiri.or.id Diunduh 6 Juni 2007.
Ode, Cut Abigail, 2011. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada PT. BRI Cabang Binjai, Jurnal : USU
Parlinsyah, 2009. Analisis Pengaruh Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di PT. Bank Mandiri (Persero) Cabang Malang, Jurnal : USU
Rangkuti, Taufiq Akbar, 2009. Analisis Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di PT. Pertamina UPMS I Medan, Tesis : USU
Reni Hidayati, Yadi Purwanto, Susatyo Yuwono Kecerdasan Emosi, Stres Kerja Dan Kinerja Karyawan, Jakarta : Dipublis oleh Gunadarma. e-Journal, (http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/249/190) Di unduh tanggal 21 November 2012
Rivai,Veithzal,. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
——————- 2005. Performance appraisal. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephens. P. 2008. Perilaku Organisasi. Buku 1, Terjemahan Edisi Dua Belas. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
————————-. 2008. Perilaku Organisasi. Buku 2, Terjemahan Edisi Dua Belas. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Rosidah. 2003. Pengaruh kompetensi SDM terhadap kinerja PT. Cheil Jedang Indonesia di Jombang Jawa Timur, Medan : Dipublis oleh USU Thesis, http://www.damandiri.or.id Diunduh 19 Juni 2007
Setiyawan, E 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Kerja. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiyawan, E. 2005. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja. (Tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Shapiro, L.E., 2006. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada anak. Jakarta : Gramedia.
Siagian, Sondang P. 2012. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simorangkir, Restiana, 2011. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Perawat Menurut Persepsi Pasien Di Rindu B2 RSUP Haji Adam Malik, Tesis : USU
Sopiah, 2008. Perilaku Organisasional. Malang : Penerbit ANDI Jogjakarta
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. Bandung : CV. Alfabeta
Suhendar, 2000. Identifikasi Faktor-faktor Dominan Iklim Organisasi di PT. XYZ dengan Menggunakan Pendekatan Litwin dan Analisis Faktor, Tesis : digilib itb
Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Supramono, dan Intyas Utami, 2004. Desain Proposal Penelitian Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta : Penerbit Andi
Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja Edisi Kedua. Jakarta : Rajagrafindo
Wirawan, 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Tinggalkan komentar
Comments 0